Sore ini masih seperti biasa. Mendung namun tak kunjung hujan. Rintik air yang dibenci beberapa pengendara motor serta pejalan kaki namun ditunggu anak-anak penjaja ojek payung itu tak pula menjejakkan diri ke tanah bumi. Suara keyboard yang digunakan untuk mengetik oleh para pegawai, suara klik dari mouse yang ditekan, masih terdengar di ruangan.
Sembari sibuk dengan pikiran mau makan apa nanti malam, aku membuka beberapa percakapan whatsapp yang aku miliki. Menyapa beberapa teman sekaligus membalas chat yang ku terima. Teringat salah satu percakapan random ku semalam dengan seorang kenalan. Aku menyebutnya sebagai percakapan asing mengenai konsekuensi dari sebuah harapan.
Ia bercerita tentang perubahan yang ingin ia lakukan untuk menyenangkan hati orang lain. Aku pun juga bercerita kepadanya mengenai beberapa mimpi ku yang saat ini belum terwujud. Masing-masing dari kami memiliki harapan yang ingin kami wujudkan yang mungkin dengan tanpa sadar sering melupakan konsekuensi dari harapan itu sendiri.
Hidup ini terlalu singkat untuk hanya bermimpi. Hidup ini terasa sempit jika hanya digunakan untuk berharap tanpa ada usaha pasti. DUIT -Doa Usaha Ikhtiar Tawakal- kami amini sebagai hal yang penting sebagai teman dari harapan-harapan kami. Persiapan batin untuk menghadapi kegagalan -yang menurut pepatah adalah sukses yang tertunda- masih terasa berat. Berteori dan menulis aneka artikel penyemangat, menempel quote bersahaja itu hal mudah. Namun bersiap untuk menghadapi sukses yang tertunda membutuhkan lebih dari sekedar kesabaran. Mental baja yang pantang menyerah, kreatifitas mencari jalan keluar aneka permasalahan, keberanian untuk terus mencoba dan masih banyak hal lain yang diperlukan atas konsekuensi dari harapan yang kami kembangkan.
Such a heavy random conversation. Well its time to go home. See you soon traffic jam 😀